Jumat, 05 Juli 2013

WANITA TELADAN, PENCETAK GENERASI..


(Buat para ibu dan calon ibu )

Wanita dibalik kelemahan dan kelembutannya, sebenarnya memiliki kekuatan yang luar biasa. sejarah telah mencatat sungguh besar peran wanita dalam mendidik generasi, dalam mendukung dan men-ssupport laki-laki dalam arena perjuangan...

kita ingat, Ibunda khadijah-Radliallaahu'anha- yang kala itu mendapati Nabi Muhammaad -shallallaahu 'alaihi wasallam pulang dari Gua hira dalam kondisi gemetar tersebab baru pertama kali menerima wahyu, beliau menemui khadijah sembari berkata “selimuti aku, selimuti aku”. Beliaupun diselimuti sehingga rasa takutnya hilang. Setelah tenang , beliau menuturkan pada khadiah apa yang terjadi pada diri beliau di gua hira. Lantas beliau berkata “ aku amat khawatir pada diriku”, dan Khadijah seorang istri shalihah yang bijaksana , beliau berkata : “ Demi Allaah! Dia tidak akan menghinakanmu selamanya! Sungguh engkau adalah penyambung tali kerabat, pemikul beban orang lain yang mendapatkan kesusahan, pemberi orang yang papa, penjamu tamu serta pendukung setiap upaya penegakan kebenaran.”


Lihatlah perkataan cerdas seorang istri yang sungguh menentramkan hati suaminya, dan khadijahlah yang berperan sangat besar diawal-awal masa kenabian. Pengabdian yang besar terhadap suaminya menjadikan khadijah wanita yang sangat dicintai oleh Nabi, penghulu wanita di surga dan Allaah telah menjanjikan rumah baginya di surga yang tak ada kegaduhan lagi kesedihan lagi didalamnya !

Atau kita ingat pula Ummu Salamah, yang tatkala itu Nabi merasa kesal terhadap para shahabat yang salah faham terjadap nabi sehingga berdiam saat Nabi memerintahkan untuk bertahallul dan menyembelih binatang. Namun ummu salamah dengan kebijaksanaan dan kecerdasannya menasihatkan pada Nabi untuk melakukan tahalul dan memotong kurban tanpa berkata apa, dan hal itu pasti nanti diikuti oleh para sahabat yang lain. Nabi pun melakukan saran istrinya tersebut, dan benar para sahabat pun akhirnya mengikuti nabi melakukan tahalul dan memotong kurban.

Atau kita ingat pula Ummu Sulaim, wanita dengan mahar paling mulia yaitu keislaman suaminya. Bagaimna wanita mulia ini menjadi wasilah suaminya yang semula kafir sehingga menjadi seorang mukmin yang baik dan salah satu sahabat Nabi yaitu Abu thalhah –Radliallaahu’anh-

----------------

Begitulah sekelumit prolog mengenai wanita-wanita yang telah terukir dalam tinta emas sejarah umat ini, wanita-wanita yang akan harum namanya sepanjang masa, wanita –wanita tanguh yang menjadikan keridhaan Allaah diatas segala-galanya.

Wanita memiliki peran yang sangat vital dalam perkembangan generasi, dibandingkan bapak , dalam men-tarbiyah anak tentu peran wanita lebih dominan. Karena wanita dengan sifat lemah lembutnya, kesabaran serta keibuannya menjadikan anak-anak dekat dengannya.

Salah satu kisahyang sangat indah yang dituturkan oleh syaikh Al-Arify dalam salah satu ceramahnya yaitu beliau menceritakan tentang salah satu sahabatnya yang suatu ketika bepergian naik mobil bersama temannya di Jeddah. Dalam mobil itu, temannya mengajak dua orang anaknya yang berumur sekitar empat atau lima tahun. Ia tahu temannya itu bukan tipe laki-laki yang multazim (taat beragama), namun ketika mobil hendak naik ke jalan layang serempak anak-anaknya bertakbir

Ia tahu, bahwa Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam- dalam safarnya bila menapaki jalan yang mendaki maka beliau bertakbir, dan bila menuruni lembah beliau bertasbih. Rupanya, anak-anaknya faham bahwa yang disunnahkan saat mobil menanjak adalah bertakbir. Dan yang disunnahkan saat mobil turun adalah bertasbih! Ia heran mengingat ayahnya bukan laki-laki yang multazim, lalu darimanakah mereka mendapat tarbiyah semacam ini? Karena diusik rasa penasarannya, iapun bertanya secara terus terang, “ Akhi, MashaAllaah… engkau bukanlah santri dan bukanpula aktivis, tapi anak-anakmu mampu menerapkan sunnah sedemikian rupa, apa rahasianya?

“ya akhi, ini bukan hasil didikanku, tapi hasil didikan ibu mereka”. Jawab temannya

“istriku memang MashaAllaah! Semoga Allaah membalas kebaikannya. Dia betul-betul ibu teladan…dialah yang mengajari anak-anak Doa sebelum tidur, doa bangin tidur, doa sebelum makan doa ini itu, bahkan dia memiliki cara unik dalam mendidik anaknya…” lanjut temannya.

“Bagaimana caranya…?” Tanya temanku.

Katanya, “ kalau sekali waktu anak-anak bertengkar dirumah, lalu salah satu berkata kasar kepada saudaranya, maka istriku memanggilnya:

“Hai nak, sini sebentar..”

“apa ma, mama hendak memukulku ya?” Tanya anakku

“ enggak ko, nggak mama apa-apoakan, mama Cuma mau Tanya; “siapa yang lebih kau sayangi, Allaah ataukah syaitan?” kata istriku

“tentu aku lebih sayang Allaah” jawab anakku polos

“tapi kamu sedang jadi temannya syaitan sekarang…”kata ibunya

“lho kenapa ma” Tanya anakku

“karena kamu berkata kasar tadi, kalau kamu berkata kasar, kamu menjadi temannya syaitan. Tuh, sekarang syaitannya duduk diatas punggungmu, dan dia tertawa lebar mendengar ucapanmu tadi…” kata ibunya

“ terus ma,.. bagaimana supaya syaitan menangis? Aku tidak mau jadi temannya syaitan, aku mau jadi temannya Allaah (ma'lum anak kecil) “ kata anakku

“oh gampang kamu sekarang istighfar sebanyak 100 kali, ayo mengahadap kiblat, ayo lakukan” kata istriku

“jadi kalau aku lakukan syaitan akan menangis ya ? “ Tanya anakku

“ iya, kalau kamu melakukannya syaitan pasti nangis” jawab ibunya…

“ kalau begitu aku mau beristighfar.. astagfirullaah…..” sang anak menuruti nasihat ibunya…

Lihatlah saudariku, betapa mulianya tarbiyah islami yang diajarkan wanita ini pada anak-anaknya, sedini mungkin. Dimana dia mengajarkan agar lebih dahulu mengedepankan ridha Allaah dibanding lainnya. Berbeda dengan sebagian kita yang tatkala anak berantem malah ikutan marah-marah dan berkata kasar, lalu bagaimana mungkin anak kita akan menjadi shalih-shalihah apabila tak kita beri contoh dengan akhlaq yang baik?

Peer besar untuk kita para wanita, untuk menjadi pendidik generasi masa depan, Islam akan jaya dengan generasi cemerlang yang faham ilmu, Akhla dan mengedepankan Allaah dalam segala hal..

*tiba-tiba jadi merindu calon anakku yang bapak-nyapun belum menemukan aku*

Referensi :
Ibunda para ulama karya Fuad Baswedan, Penerbit Al-Ibanah
Shirah Nabawiyyah karya Syaikh Almubarakfury, Penerbit Darul Haq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar