Kelembutan, itulah yang didamba..
Kalau kita membaca sejarah Rasulullaah -shallallaahu 'alaihi wasallam- sungguh keindahan dan kesejukan yang akan kita dapatkan.
kiranya diantara kita yang sedang berusaha meretas jalan sunnah untuk merenungkan setiap butiran hikmah dari jejak-jejak manusia mulia yang terjaga dan teladan sampai akhir zaman..
teman, sungguh indah ajaran Nabi , tak hanya dari deretan fiqh dan 'amal keseharian, namun yang terlebih dari untaian akhaq dan bagaimana cara beliau memberikan Tarbiyah terhadap manusia .
ingatlah kita, tatkala ada seorang Pemuda yang mendatangi Nabi-shallallaahu 'alaihi wasallam-, hendak meminta ijin untuk berzina. duhai kawan , bagaimana kiranya ketika ada seorang pemuda yang datang pada kita dan meminta ijin untuk berzina? melakukan perbuatan yang nista? pastilah kan marah diri kita dan mencela sang pemuda. Namun, Rasulullaah yang sangat memahami sang pemuda, beliau memahami bagaimana perasaan sang pemuda yang harus menahan gejolak syahwat.
dengan kebijaksanaannya , beliau memberikan Tarbiyah yang indah pada sang pemuda. beliau meminta sang pemuda mendekat , dan bertanya : " apakah engkau suka bila zina itu terjadi pada ibumu, saudara perempuanmu, anak perempuanmu....? pemuda tersebut menjawab tidak. lalu Nabi mendoakan kebaikan untuknya, dan sejak saat itu zina adalah hal yang paling dibenci sang pemuda.
duhai indahnya akhlaq yang diajarkan Nabi kawan. bahkan beliau tetap bersikap lemah lembut pada orang yang meminta ijin untuk bermaksiat? lalu saudaar-saudara kita yang sama-sama seorang muslim lebih pantas lagi harus kita lemah lembuti dan kita sayangi selama mereka inginkan kebaikan meskipun mereka tergelincir dalam kesalahan, bukan menjauhi, mencela bahkan malah meng-hajr tanpa terlebih dahulu mengingatkan dengan hikmah
kita ingat pula saat ada seoarng Arab Badui yang kencing di masjid, para sahabat yang merlihat hendak marah. Namun nabi menahan dan membiarkan orang badui tersebut menyelesaikan kencinynya, dan dibalik kebijaksanaannabi tersebut lahir hukum-hukum seputar thaharah. Dan kawan, bagaimana sekiranya ketika arab badui itu kencing lalu dia dimarahi? Tentu dia akan kaget sehingga air kencingnya akan tercecer kemana-mana. Namun, Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam – dengan kebijaksanaannya membiarkan arab badui menyelesaikan hajatnya, kemudian memerintahkan sahabat untuk membersihkan bekas kencing orang itu.
Teman, diantara kita kadang menyelesaikan masalah dengan ketergesa-gesaan dan kemarahan, padahal ketergesaan itu dari syaitan. Sehingga yang didapat malah kekacauan dan keretakan hubungan.
Atau, kita ingat pula tentang kisah seorang nenek yahudi buta yang setiap hari mencaci maki nabi. Nenek tersebut tak tahu bahwa orang yang tiap hari menyuapinya adalah orang yang dia caci. Sampai tatkala Nabi wafat, abu bakar-lah yang menggantikan kebiasaan menyuapi tersebut. Ketika Abu bakr menyuapi, sang nenek marah karena biasanya orang yang menyuapinya akan melumatkan dulu makanan sebelum diberikan pada si nenek karena dia sudah tidak bisa mengunyah dengan baik, Abu Bakr pun menangis mendengar ini, dan dia beritahukan pada nenek tersebut bahwa orang yang selama ini menyuapinya adalah orang yang selalu dia caci maki, sang nenek terkejut dan akhirnya diapun masuk Islam tersebab kemuliaan akhlaq Nabi tersebut.
Lihat kawan, Nabi kita mengajarkan agar kita tetap berbuat baik, meskipun terhadap orang yang mencaci maki kita, bahkan ketika dicaci maki di depan muka sekalipun!!! Duhai indahnya kelembutan islam , maka pantaslah kala itu akhlaq menjadi hal yang sangat luhur, karena Akhlaq sanga teladan manusia benar-benar diperhatikan.
Lalu kita ingatlah pula kisah Nabi kita yang mulia, saat beliau hendak berdakwah ke Tha’if dan sangat berharap pada mereka agar mau menyambut Islam dengan baik, namun apakah yang beliau dapatkan ? beliau ditolak, bahkan beliau dilempari dengan batu sampai berdarah-darah, Zaid bin Haritsah yang kala itu menemani nabi menjadikan dirinya perisai untuk melindungi beliau, tindaka ini menyebbakan dirinya penuh luka, sementara orang-orang terus melempari mereka.
Akhirnya Nabi dan Zaid berlindung disebuah kebin anggur, dengan kegetiran yang sangat disana beliau menenangkan diri, lalu menengadahkan tangan untuk berdo’a. apakah beliau hendak mendoakan keburukan untuk masyarakat? Apakah beliau hendak meminta Allaah Ta’ala agar menurunkan Azab-Nya? Padahal sekiranya beliu meminta , tentu hal itu pasti terjadi. Namun dengan kebijaksanaan dan kasih sayangnya inilah doa masyhur yang diucapkan oleh beliau :
“ Ya Allaah !! sesungguhnya kepada-Mu lah aku mengadukan kelemahan diriku, sedikitnya upayaku serta hina dinanya diriku dihadapan manusia, wahai Yang Maha Pengasih diantara para pengasih! Engkau adalah Rabb orang-orang yang tertindas, Engkaulah Rabb-ku, kepada siapa Engkau menyerahkan diriku? (apakah) kepada orang lain yang selalu bermuka masam terhadapku? Atau kepada musuh yang telah menguasai urusanku ? jika Engkau tidak murka kepadaku, maka aku tidak peduli, akan tetapi ampunan yang Engkau anugrahkan adalah lebih luas bagiku, aku berlindung dengan perantaraan Nur Wajah-Mu yang menyinari setiap kegelapan dan yang karenanya urusan dunia dan akhirat menjadi baik agar Engkau tidak turunkan murka-Mu kepadaku atau kebencian-Mu melanda diriku. Engkaulah yang berhak menegurku hingga Engkau menjadi Ridha. Tiada daya dan Upaya melainkan karenaMu”
Duhai indahnya do’a yang dipanjatkan oleh Nabi, seorang manusia mulia yang menjadi teladan manusia sepanjang zaman..
Ah dimanakah letak kecintaan kita apabila akhlaq kita sungguh jauh dari yang terconthkan ?
Dan kelembutan, itulah yang didamba…
~saat jiwa dirundung kemalasan~
Referensi : Sirah Nabawiyyah Syaikh Shafiyurrahman Almubarakfury
Tidak ada komentar:
Posting Komentar