
Sebentar
lagi bulan yang mulia akan segera datang, bulan yang merupakan masa
training untuk memupuk dan meningkatkan ketaqwaan seorang hamba. Salah
satu hal yang paling penting dalam mengisi hari-hari di bulan suci ini
adalah mempelajari Al-Qur’an , membacanya, mentadaburinya untuk
mengambil fa’idah dan manfaat dari kandungannya yang mulia.
Namun, terlebih dahulu kita
harus memahami bagaimana cara agar kita bisa mengambil manfaat yang
sebesar-besarnya dari Al-Qur’an, jangan sampai kita hanya rajin
membacanya , namun bacaan tersebut tak membekas sedikitpun dalam jiwa
dan keseharian kita.
Ibnul Qayyim dalam kitabnya alfawa’id
memberikan penjelasan tentang hal ini, beliau mengatakan “jika kamu
ingin mengambil manfaat yang banyak dari Al-Qur’an maka hayatilah dengan
hati ketika kamu membaca dan mendengarnya, pasang telinga dan jadilah
kamu seakan hadir dihadapan orang yang sedang diajak bicara oleh Allaah
Ta’ala, karena sesungguhnya ayat Al-Qur’an itu ditujukan kepada kamu
melalui lIsan Rasul-Nya”.
Allaah Ta’ala Berfirman :
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌأَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan
bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan
pendengarannya, sedang dia menyaksikannya” (Qaaf : 37)
Mengenai ayat diatas Ibnu Quthaibah mengatakan : “ yang dimaksudkan
dengan mendengarkan kitab Allaah adalah hatinya hadir dan memahaminya,
bukan lupa dan terlena karena diantara faktor yang menghalangi munculnya
pengaruh itu adalah kelupaan dan keterlenaan hati memikirkan apa yang
dikatakan kepadanya serta tidak memikirkan dan merenungkannya”.
Dalam ayat lain Allaah mengabarkan perihal Al-Quran :
وَإِنَّهُ لَتَذْكِرَةٌ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-Haqqah : 48)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menjelaskan tentang kandungan ayat diatas :
“ mereka mengambil pelajaran dari Al-Qur’an tentang kemaslahatan agama
dan dunia mereka, sehingga mereka mengetahui dan mengamalkannya.
Al-Qur’an mengingatkan mereka berkaitan dengan akidah-akidah agama, dan
akhlaq-akhlaq yang diridhai, serta hukum-hukum syar’I, sehingga mereka
menjadi ulama Rabbani, hamba yang arif, dan imam yang mendapat petunjuk.
“
Hanya orang-orang yang hatinya hidup yang dapat mengambil
manfaat dari Al-Qur’an, karena Al-Qur’an merupakan puncak ilmu
,sementara ilmu adalah cahaya dan cahaya Allaah tidak akan diberikan
kepada orang yang lalai dan selalu bermaksiat .
Ibnul Qayyim
seorang pakar kejiwaan islam mengatakan , “ diantara manusia ada yang
tidak memiliki kesiapan penuh, hatinya mati dan hidupnya morat-marit,
sehingga membutuhkan bantuan orang lain untuk membedakan antara yang haq
dan batil. Orang tersebut kehidupan dan cahaya hatinya tidak dapat
disamakan dengan orang yang hatinya hidup dan terjaga. Maka cara untuk
mendapatkan hidayah adalah bahwa dia harus memasang pendengarannya
lebar-lebar terhadap kalam Allaah (Al-Qur’an), sedangkan hatinya
bertadabbur dan fikirannya bertafakkur tentang makna dan isi
kandungannya, sehingga ia tahu bahwa Al-Qur’’an benar-benar Haq “.
Allaah Ta’ala berfirman tenatng kebenaran Al-Qur’an ini :
وَإِنَّهُ لَحَقُّ الْيَقِينِ
“ dan sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar kebenaran yang diyakini.” (Al-Haqqah : 51)
Syaikh As-sa’di menjelaskan : “ maksudnya , Al-Qur’an itu merupakan
urutan ilmu yang paling tinggi , karena urutan ilmu yang paling tinggi
adalah Al-yaqin, yaitu ilmu yang tetap yang tidak goyah dan tidak sirna.
Al-Yaqin itu memiliki tiga derajat. Masing-masing lebih tinggi daripada
yang sebelumnya : yang pertama ilmu Yaqin, yaitu ilmu yang diambil dari
kabar. Kemudian yang kedua yaitu ainul Yaqin, yaitu ilmu yang dijangkau
dari pengindraan mata, kemudian yang ketiga haqqul yakin, yaitu ilmu
yang didapatkan dari rasa dan interaksi langsung. Al-Qur’an termasuk
dari criteria yang ketiga ini. Sesungguhnya segala sesuatu yang
didalamnya termasuk ilmu-ilmu yang dikuatkan dengan bukti yang pasti
(Qath’i) dan segala fakta didalamnya serta pengetahuan yang bersifat
imaniyah bisa didapatkan oleh orang yang telah meraih haqqul yakin. “
Ibnul Qayyim memberikan penjelasan tambahan berkaitan dengan hal diatas yaitu :
“Pertama , adalah orang yang mengetahui dengan pasti terhadap apa yang
diserukan dan diberitakan kepadanya, maka orang ini berada dalam maqam
ihsan.
Kedua, adalah orang yang mengetahui kebenaran
apa yang
dikabarkan kepadanya dan meyakininya, lalu berkata, cukup bagi saya
mendengar berita ini. Maka orang ini berada pada maqam iman. Kedua
peringkat ini bisa dikatakan sampai kepada Ilmu Al-Yaqin
Dari
tingkat ilmu Al-Yaqin kemudian hatinya akan bergerak kepada Ain
Al-Yaqin. Yaitu orang-orang yang percaya dengan sepenuh hati pada
Al-Qur’an , lalu keluar dari kekufuran dan masuk sepenuhnya kedalam
ajaran Islam”
Jadi Sobat , bagaimana agar kita bisa mengambil
Manfaat yang sebesar-besarnya dari Al-Qur’an ? yaitu kita harus menjauhi
maksiat dan kelalaian lalu kita mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan
dengan Al-Qur’an, membaca AL-Qur’an dengan penghayatan dan kehadiran
hati, serta mendengarkannya dengan baik, mentadabburi dengah hati dan
memikirkannya dengan melihat bukti-bukti nyata yang telah dikabarkan
dalam Qur’an. Bahkan apabila kita melihat diri kita, cukuplah itu
sebagai bukti kebenarannya.
Semoga kita menjadi Hamba Allaah yang
dekat dengan Al-Qur’an dan menjadikannya timbangan hidup untuk
kemaslahatan dunia dan akhirat.
Referensi :
Tafsir As-Sa'di jilid 7, Penerbit Darul Haq
Al-Fawa''id , Penerbit Pustaka Al-Kautsar.
~disaat kemalasan melanda ~
Sukabumi, 27 Sha’ban 1434 H.