Minggu, 07 Juli 2013

~ Allaah berikan Udzur agar kita Bertaubat~



Tatkala tadi pagi saya mendengarkan kajian Ustadz Armen Halim Naro -Rahimahullaah- , ada satu bagian dari kalimat beliau yang membuatku tersentak. yaitu beliau mengatakan tatkala seseorang telah mendekati usia 60 tahun dan dia belum melakukan keta'atan yaitu masih banyak melakukan maksiat dan menuruti hawa nafsu, maka ucapkanlah selamat kepada orang ini karena sejatinya orang ini adalah orang yang TELAH DIBIARKAN OLEH ALLAAH, apabila diibaratkan dia seperti layang-layang yang sudah dibuang tali kendalinya oleh Allaah.

sungguh suatu penjelasan yang membuat berlinang air mata dan runtuhnya hati-hati. namun tak boleh ada rasa putus pasa untuk selalu mendoakan.

karena rasa penasaran yang sangat, saya mencoba untuk menulusuri hadist yang dimaksud oleh sang ustadz, dengan modal Yufid.com, saya temukan inilah dia, hadist beserta penjelasannya:

Nabi -Shallallaahu 'alaihi wasallam- bersabda:
أَعْذَرَ اللهُ إِلَى امْرِئٍ أُخِّرَ أَجَلُهُ حَتَّى بَلَّغَهُ سِتِّيْنَ سَنَةً

“Allah telah menyampaikan puncak dalam pemberian udzur/alasan kepada seorang yang diakhirkan ajalnya hingga mencapai umur 60 tahun.” (HR. Al-Bukhari no. 6419)

~~SIFAT-SIFAT PENGHUNI SURGA~~



Ibnul Qayyim Al-Jauziyah dalam kitab Al-Fawa’id menjelaskan tentang sifat-sifat keutamaan yang dimiliki oleh para penghuni surga, yaitu :

[1] orang yang kembali kepada Allaah (Awwab) dari kemaksiatan menuju keta’atan, dari keterlenaan menjadi terjaga. ‘Ubaid bin Amir berkata, “ orang yang kembali adalah orang yang teringat akan dosa-dosanya kemudian meminta ampun kepada Allaah atas segala perbuatannya. Sedangkan Sa’id Ibnul Musayyib berkata “ orang yang kembali adalah orang berbuat dosa lalu bertaubat dan berbuat dosa lagi, lalu betaubat lagi.”

Bagaimana Cara Mengekang Syahwat Perut ?




Syahwat perut termasuk diantara pembinasa yang paling besar. karenanya Nabi Adam 'Alaihissalam terusir dari surga. dari syahwat perut akan muncul syahwat kemaluan dan ambisi kepada harta, selain itu syahwat perut akan menimbulkan berbagai risiko penyakit mulai dari penyakit yang sifatnya ringan sampai penyakit degeneratif ( jantung, Diabetes Mellitus, stroke )

Dalam Hadist disebutkan bahwa Rasulullaah Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,
" orang mukmin makan dengan satu perut, sedangkan orang kafir makan dengan tujuh perut " ( HR Muslim 2060)

Dalam Hadist lain Rasulullaah shallallahu alaihi wasallam menambahkan
" Bani Adam tidak mengisi bejana yang lebih buruk daripada perutnya, Cukuplah bagi anak Adam beberapa suapan yang menegakkan tulang sulbinya. Bila memang harus, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk nafasnya" (HR Ahmad 17115)

Dalam ilmu kesehatan modern. manusia dianjurkan untuk makan sesuai dengan kebutuhan dan aktivitas fisiknya. semakin rendah aktivitas fisik seseorang , maka kebutuhan akan makanannya pun semakin sedikit.
seseorang yang tidak mengatur asupan makannya akan berpotensi mengalami kegemukan yang menyebabkan produktifitas menurun, mudah ngantuk dan pada akhirnya akan membuat malas beribadah, tentu hal ini sangat tercela dan merugikan.

Uqbah Ar-Rasibi -Rahimahullaah- berkata, aku pernah datang kepada Al-Hasan yang saat itu sedang makan, maka beliau berkata, " silakan". aku menjawab, " aku sudah makan sampai aku tidak bisa makan lagi ", maka timpal beliau, " apakah seorang muslim makan sampai tidak bisa makan lagi, ?

Makan secara seimbang dapat membuat badan sehat dan produktifitas meningkat. caranya yaitu dengan tidak makan sebelum ingin karena keinginanan untuk makan itu ada dua jenis ;
yang pertama karena memang tubuh sudah membutuhkan energi untuk aktivitas dengan menurunnya kadar glukosa darah sehingga hipotalamus mengirimkan sinyal bahwa tubuh membutuhkan makanan,
yang kedua, karena faktor appetite (nafsu makan) yang tidak terkontrol namun bukan karena kebutuhan, biasanya yang seperti ini berpotensi mengalami kegemukan

dan usahakan untuk tidak makan sampai terlalu kenyang. berhentilah makan ketika kita sudah merasa cukuo hilang rasa laparnya, meskipun keinginan untuk makan masih ada.

Sebaiknya, seorang muslim benar-benar menjaga apa yang dimakannya serta memperhatikan jumlahnya . jangan sampai melebihi kebutuhan sehingga menyebabkan mudharat dan kemalasan dalam beribadah...

(Mengambil Fa'idah dari Mukhtasar Minhajul Qashidin karya Imam Ibnu Qudamah Almaqdisi hal 301-302 )

TIPS MENGHADAPI 'GALAU' ...



Diantara para pemuda istilah galau menjadi sangat populer..
ntah ekspresi galau itu diungkapkan dalam ranah nyata terlebih di dunia maya dimana rasa malu bisa lebih sedikit dikesampingkan..
galau adalah hal yang manusiawi, dimana setiap manusia pasti menaglami fase itu, aga kurang pantas dianggap sebagai manusia apabila tidak pernah merasa galau..

galau biasanya di identikan dengan ingin cepat punya "teman" . padahal galau itu bisa meliputi banyak hal masalah dunia, akhirat, jodoh, dan lain sebagainya...
terutama untuk mahasiswa-mahasiswa yang biasanya hobi menggalau di FB , apalagi yang menjelang tingkat akhir (ups!!)

Nah, bagaimana cara untuk mengatasi Galau ?

PERBANYAKLAH MENGINGAT KEMATIAN

Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda : " Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian " ( HR Ahmad No 7907 )

Mahasiswa ???




Dahulu, ketika saya belum merasakan nikmatnya belajar dan melihat lingkungan, seringkali saya banyak mengeluh dengan kehidupan kampus. tugas yang banyak, teman yang tak menyenangkan, jadwal kampus yang ga jelas atau segudang masalah lainnya...

Dahulu, saya seringkali merasa berat tatkala melihat tumpukan buku yang membuat mata mengantuk, dan deretan tugas yang seakan minta saya untuk segera melahapnya

seakan hidup sempit, pit, pit

Sekarang, setelah mata saya terbuka lebar menatap indahnya cakrawala ilmu..
betapa beruntungnya ...
betapa nikmatnya saat Allaah memberikan kita kesempatan untuk belajar dan menimba ilmu..
pintu-pintu ilmu dunia dan akhirat yang terbuka lebar dan melambai-lambai ingin segera dipinang... untuk dipersunting dan diamalkan dalam gerak kehidupan

Tugas yang menumpuk dan segala hal yang berkaiatn dengan kehidupan belajar sangat saya syukuri...
ini adalah pilihan dan harus dijalani dengan sepenuh hati dan kebahagiaan
dahulu berpeluh dan bertangis darah saat ingin masuk ke kampus ini dan sekarang adalah kesempatan...
kesempatan emas untuk memanfaatkan momen-momen terbaik untuk menjadi generasi pembangun masa depan..
Muslim harus kuat tidak hanya dari segi intelektual keislaman , namun juga dari segi ilmu umum
saya harap ilmu saya kelak, akan berguna untuk kebaikan umat islam, agar gizi umat ini lebih baik dan sehat :D
untuk beribadah dengan baik itu perlu status gizi yang baik bukan :D

Masa-masa sekarang adalah masa yang penuh nikmat, disini Allaah bukakan pintu ilmu dunia dan akhirat..
dan teman, aku yakin kalianpun begitu

esok, saat aku telah menimang bayi atau saat aku telah ikut keperantauan suami mungkin aku akan mengenang masa-masa indah saat mengerjakan tugas, saat pengen cabut dari kelas karena kajian udah mau mulai, saat nunggu bikun dan lari-lari mau ke MUI, saat segalanya...

ah Semoga terkenang cerita untuk dia esok :)

PENGEN NIKAH ??

Tema pernikahan memang tak pernah lekang menadi bahasan kaum jomblo, baik jomblowan atau jomblowati seringkali membahas tentang hal ini, termasuk penulis status :D
pada titik ketika semakin menanjaknya usia, gambaran pernikahan menjadi hal yang berbeda dalam benak ini..

ketika usia saya dibawah 20 tahun gambaran pernikahan adalah hal yang indah, romantisme anak manusia, indahnya punya teman yang bisa antar jemput kajian atau bisa disuruh ngerjain tugas kampus :D, dan hal-hal yang penuh bunga lainnya...

ketika usia hampir lewat 20 tahun, alur pikiran saya memandang tentang makna pernikahan semakin berbeda... dalam benak sudah terhampar gambaran tentang sebuah tanggung jawab dan komitmen.
ya tanggung jawab bahwa pernikahan tidak hanya sebatas kesenangan atau romantisme anak manusia, hal ini terlalu sempit

Mengumbar Cinta , Mengumbar Racun ?



Kebetulan dibelakang rumah tepat, saat ini sedang berlangsung khutbah nikah teman saya yang melepas masa lajangnya hari ini..
teman bermain kucing-kucingan dulu .hehe

nah, disela-sela hal itu saya jadi teringat dengan banyak hal, terkait cinta, wanita, dan racun ?
oh tidak, saya tidak ingin membahas tentang lagu jaman jahiliyah dulu, " wanita racun duniaaaaaa"

Cinta sangat erat dengan wanita dan sangat erat dengan racun, kecuali untuk orang-orang yang menganut faham kaum luth tentunya, karena mereka tak butuh pasangan lawan jenis, cukup sejenis saja dengan segala mudharatnya. Naudzubillah min Dzalik

wanita, dengan segala keindahannya dan kecantikannya, akaN sangat bangga ketika "aset" nya itu menjadi sorotan dan bincangan yang menuai kekaguman manusia terutama kaum adam. hal ini, menjadikan sebuah kewajaran dan dalil yang sangat jelas mengapa wanita mukminah harus menutup auratnya :

Allaah Ta'ala Berfirman :

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( Al-Ahzab : 59)

wanita yang terbuka auratnya, dan kecantikannya dapat dinikmati oleh semua Mata yang memandang, akan sangat rentan sekali dengan kejahatan dan pelecehan. ya , karena tak setiap orang yang memandang mempunyai mata dan pikiran yang sehat, sehingga tak tergoda untuk "menikmati", bahkan yang akalnya sehat pun dapat rusak dengan dorongan syahwat dari kecantikan wanita, bukan ?

BELUM TENTU, Tiada Cela pada Seorang Penasihat dan Terdapat Cela pada yang Menerima Nasihat...




Maksud dari judul tulisan diatas ini adalah, belum tentu seseorang yang suka memberi nasihat, menulis nasihat-nasihat kebaikan adalah orang yang terlepas dari cela. boleh jadi, dengan nasihat yang dia berikan adalah bentuk nasihat untuk dirinya sendiri yang ingin dibagi dengan orang lain, atau suatu hal buruk yangpernah dia alami dan tak mau orang lain melakukan hal yang sama, atau sebagai bentuk kecintaan kepada saudaranya sehingga dengan nasihat yang dia berikan dia inginkan kebaikan untuk saudaranya..

dan juga belum tentu orang yang diberi nasihat adalah orang yang mempunyai cela, sehingga sampai timbul khusnudzhan pada pemberi nasihat , bahwa orang yang suka menasihati itu sok alim, sok pinter, sok-sokan..tidak kawan , bukan begitu

Allaah Ta'ala Berfirman dalam surat Al-'Ashr

" Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang yang beriman dan mengerjjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran " (Al-Ashr : 1-3 )

Sabtu, 06 Juli 2013

MENDULANG FA’IDAH DARI SEJARAH PERANG BADAR




Catatan sejarah telah mengukir dengan indah peristiwa agung yang terjadi diawal perkembangan Islam.  Bagaimana beratnya sebuah perjuangan untuk menegakkan agama Allaah yang harus ditebus dengan harta dan darah bahkan nyawa sekalipun. Keimanan yang kuat dan kecintaan yang besar terhadap Dzat Pemilik Alam menjadikan manusia-manusia mulia itu tak kenal rasa gentar untuk menghadapi musuh , kaum musyrikin yang telah mengingkari Agama Allaah.

Peristiwa besar yang mengungkapkan betapa tangguhnya kaum muslimin kala itu, kisah kepahlawanan yang sangat langka yang mampu memporak-porandakan musuh , meski jumlah musuh tiga kali lipat dari jumlah pasukan kaum muslimin. Kisah pengorbanan dan kecintaan para Shahabat terhadap Rasulullaah yang sangat menakjubkan sehingga demi keselamatan beliau- shallallaahu ‘alaihi wasallam- mereka rela menjadikan jasad-jasad mereka sebagai tameng, bahkan sampai menjemput syahid di jalan Allaah demi melindungi Rasulullaah dan membela agama Allaah.

~ Sebab Awal Pecahnya Peperangan ~

Perang Badar merupakan perang besar pertama  yang terjadi dalam sejarah kaum muslimin. Hal ini bermula ketika Pasukan Rasulullaah yang akan menghadang kafilah dagang Abu Sufyan, yang ketika itu hendak pulang dari Syam menuju Mekkah dengan membawa seribu ekor unta yang sarat dengan muatan bernilai lebih kurang 50.000 dinar.  Kaum muslimin ingin mengambil kesempatan emas untuk memporak-porandakan perekonomian penduduk Mekah sehingga menghadang kafilah tersebut.

Jumat, 05 Juli 2013

Mencela Manusia untuk Menghibur Diri **



Seseorang berkata " Nilai IP anda dikampus itu tak berguna, kalau anda hanya tahu teori namun tidak terjun langsung ke masyarakat "

perkataan diatas saya temukan dalam salah satu status orang (saya ga tau dan ga temenan di FB sama selain orang )

perkataannya benar, tapi ada juga kurangnya, begini misal :

" nilai bagus juga buat apa kalau ga mau sosialisasi gitu, ga mau terjun langsung ke masyarakat " --> bisa jadi yang ngomong kaya gini nilainya ancur minah duakom atau nasakom, jadi merasa udah berkontribusi sama masyarakat sehingga mencela orang yang nilainya bagus tapi katanya ga mau terjuan langsung :

Tanya diri kita sebelum mencela orang :
1. boleh jadi murid atau mahasiswa yang mati-matian mempertahankan nilai karena itu amanah dari orang tuanya, karena memang ada sebagian orang tua yang sangat perhatian dengan nilai anak-anaknya
2. boleh jadi orang yang kita anggap ga berkontribusi sama masyarkat karena ga ikut organisasi dikampus misalnya, dia itu udah terlalu sibuk dirumah membantu ortu atau saudaranya, yang punya usaha misalnya

KADANG AKU BERFIKIR BEGINI



Saudara-saudari kita dari berbagai kalangan yang senang melakukan ritual-ritual agama yang sebenarnya tidak ada dalam syari'at itu sejatinya menginginkan kebaikan untuk agamanya, apabila dilihat dari semangat dan pengorbanannya , tentu saja semangat dan pengorbanan mereka sangat besar dan dengan itu saudara-saudara kita itu berharap pahala dan kebaikan. hanyasaja sayangnya diantara mereka tak faham bahwa hal yang mereka lakukan -yang tak ada dalil dalam syari'at- itu sebenarnya sia-sia bahkan terganjar dosa karena telah mengada-ada dalam agama..

seharusnya, hal yang sangat miris tersebut -yaitu saudara kita udah capek-capek berbuat kebaikan tapi berbuah dosa- menjadikan tumbuhnya rasa kasih sayang dan iba didalam hati-hati kita, orang yang telah Allaah beri nikmat dengan mengetahui sunnah.

seringkali diantara kita (dan saya juga) mengingatkan mereka yang melakukan hal tersebut dengan cara-cara yang :

1. memberi nasihat secara langsung dan men-judge tanpa tendeng aling-aling, langsung tancap gas " ukhti ini Bid'ah , tak ada dalil untuk ini , bla bla"
terkadang orang yang belum faham bid'ah itu apa, akan sangat mudah tersinggung dengan vonis telak seperti ini, dan saya pun sudah merasakan hal ini, ketika melakukan dakwah dengan cara "menembak langsung", usahakanlah ketika kita akan menyampaikan kebaikan apalagi hal ini sangat sensitif, maka lihatlah situasi dan kondisi , jangan sampai malah mudharat besar yang didapat.

misal, warga kampung A mau tahlilan, lalu anda sebagai warga diundang , anda kepada sang pengundang dengan serta merta jawab "Maaf pak, tahlilan bid'ah saya ga ikutan ". kita bayangkan bagaimana perasaan si pengundang? saya yakin kita pasti jadi bahan gunjingan.

satu hal yang harus jadi penekanan, apabila kita belum menegakkan hujjah dengan hikmah dan ilmu pada orang yang melakukan perbuatan bid'ah tersebut maka jangan langsung tembak, kecuali memang yang bersangkutan udah faham tapi ngeyel

Pernah suatu kali saya menjadi panitia Tabligh Akbar disuatu Masjid Di Depok, ketika itu ada teman akhowat yang membantu dan dia baru ngaji ketika itu, pakaiannya pun masih biasa. namun sedang berusaha didekatkan pada sunnah . kala itu kami mau salaman dengan ibu-ibu panitia yang lain, dan teman akhwat saya yang baru nagji ini menyodorkan tangan sama salah seorang ibu pengajian dan mau cipika cipiki seperti kebiasaan akhwat kalau bertemu. dan Guess what ? ibu-ibu tersebut menolak teman saya dan berkata , yang kaya gini ga diajarkan sama nabi , ini bid'ah...

saya langsung mengelus dada tepok jidat, karena melihat raut yang berbeda dari wajah teman saya setelah mendengar perkataan ibu tersebut.
benar memang Qulil haq walau kaana murran, tapi Think : harus lihat situasi dan kondisi, bagaimana kalau dengan itu teman saya yang mau mendekat pada sunnah itu jadi menjauh karena ditembak kaya gitu? sementara dia belum tahu...

kisah lain. disuatu kajian yang saya hadiri dengan seorang ustadz yang masih sangat muda dan penuh semangat, namun kala itu sang ustadz -Hafidzhahullaah- masih kurang "lembut" dalam menuturkan materi dakwah. dalam bahasannya sang ustadz menembak dengan sangat tajam masalah-masalah harokah, majalahnya , demo dan orang-orangnya dengan menyebutkan nama yang jelas. dan tahukah anda?? dihalakoh tersebut ada mustami yang ternyata baru mengenal sunnah dan baru akan meninggalkan halakoh yang dibahas sang ustadz tadi, gara-gara ceramah yang sangat keras ini, sang mustami pun akhirnya nda mau kajian lagi, hilanglah salah satu unta kita..
tapi sang ustdaz Alhamdulillaah sekarang sudah sangat baik dan dahulu telah merasa khilaf dengan ceramahnya kala itu..

teman, tidak semua hati bisa disentuh dengan yang keras, dan tidak semua orang telah kuat imannya sehingga akan tetap tegar meski diterpa badai,,

jadilah hikmah, dan berilah udzur pada manusia

apakah mereka yang melakukan kebid'ahan yang kita cela karena tak mau berubah itu, sudah kita berusaha untuk mendoakan mereka dikegelapan malam? berdoa dengan tulus inginkan kebaikan untuk mereka?? atau hanya tertulis dari status-status saja yang terkadang dengan menggunakan kalimat yang "tak nyaman" dibaca

mari kita napak tilas

FORMULA KESUKSESAN


 Kehidupan didunia ini ibarat roda yang berputar. Kadang kita berada dibawah sehingga menyebabkan kita merasa sangat sengsara dan merana dan terkadang kita berada diatas yang dengannya terbetik rasa bangga atau bahkan kesombongan.

Tak bisa dipungkiri, bahwa fitrah manusia itu selalu menginginkan ketinggian. Tak mau kiranya hanya menjadi manusia “pasaran” atau standar-standar aja, baik dari segi kompetensi, kecerdasan, prestasi dan paling penting adalah ilmu dan ‘amal dalam hal ukhrawi.

Salah satu kunci untuk meraih kesuksesan adalah semangat yang tinggi. Dalam salah satu bukunya Imam Ibnul Qayyim mengatakan bahwa kita harus memiliki dua kekuatan yaitu kekuatan ilmu dan kekuatan ‘amal. Kekuatan ibarat kendaraan untuk meraih kesuksesan. Tiadalah mungkin seseorang akan sampai pada tujuan namun dia tak punya kendaraan.

Seorang Ulama berkata ( dengan bahasa yang saya sesuaikan) : “ sungguh celaka orang bodoh yang tenggelam, ia melihat tepian laut dari kejauhan, tapi ia tetap berharap tepian pantai akan berenang kearahnya. Tentu saja, pantai tetap diam dan membiarkan ruh si bodoh ditelan kedalaman air”

SELAGI MUDA, BERHENTILAH MENJADI PENONTON



Suatu kali saya melihat ayah dan saudara saya sedang menonton pertandingan bola. Ketika yang dijagokan malah kalah dan kebobolan gol, ayah dan kakak saya marah-marah dan keki sama si pemain, dan tatkala yang dijagokannya menang , mereka ikut ramai menyoraki dan senang.
Saya cukup geleng-geleng kepala melihatnya , saya fikir, coba kalau mereka yang bermain dilapangan pasti ga semudah itu berkomentar.hehehe
namun, hal diatas merupakan ilustrasi dari kehidupan kita..

Diantara kita, terutama para pemudanya, senang sekali menjadi penonton manusia dan komentator ulung. Ketika kita melihat fulan sukses dan mampu berkarya, kita kan berdecak kagum padanya, menyayikan namanya dalam obrolan-obrolan, berharap padanya dan menjadi lebay dengannya. Ataupun, tatkala kita melihat manusia yang dalam pandangan kita dia melakukan kesalahan, kita dengan mudah mencelanya, membongkar aib-abnya atau bahkan mem-post dan membeberkannya didua dunia yaitu maya dan nyata.

Tak pernahkah kita bertanya , berkata dan berfikir ? sudah sejauh apa waktu ini kita habiskan, sudah sejauh mana kita melakukan perjalanan, sudah sejauh mana kita memikirkan strategi , sudah sejauh mana kita berlatih. Semuanya untuk mencapai GOAL yaitu kebahagiaan didunia akhirat yang Finalnya adalah mendapat Jannah dan melihat Wajah-Nya..

WANITA TELADAN, PENCETAK GENERASI..


(Buat para ibu dan calon ibu )

Wanita dibalik kelemahan dan kelembutannya, sebenarnya memiliki kekuatan yang luar biasa. sejarah telah mencatat sungguh besar peran wanita dalam mendidik generasi, dalam mendukung dan men-ssupport laki-laki dalam arena perjuangan...

kita ingat, Ibunda khadijah-Radliallaahu'anha- yang kala itu mendapati Nabi Muhammaad -shallallaahu 'alaihi wasallam pulang dari Gua hira dalam kondisi gemetar tersebab baru pertama kali menerima wahyu, beliau menemui khadijah sembari berkata “selimuti aku, selimuti aku”. Beliaupun diselimuti sehingga rasa takutnya hilang. Setelah tenang , beliau menuturkan pada khadiah apa yang terjadi pada diri beliau di gua hira. Lantas beliau berkata “ aku amat khawatir pada diriku”, dan Khadijah seorang istri shalihah yang bijaksana , beliau berkata : “ Demi Allaah! Dia tidak akan menghinakanmu selamanya! Sungguh engkau adalah penyambung tali kerabat, pemikul beban orang lain yang mendapatkan kesusahan, pemberi orang yang papa, penjamu tamu serta pendukung setiap upaya penegakan kebenaran.”

SIFAT-SIFAT MANUSIA YANG BERUNTUNG



Selama Ada Kesempatan Semoga Tak Akan Ada Penyesalan...

Teringat Nasihat seorang guru dahulu kala : " berbuatlah yang terbaik sekarang karena esok kamu akan menyesal. seseorang yang sekarang mengusahakan banyak kebaikan esok dia akan menyesal kenapa dahulu tak membuat kebaikan yang banyak karena ternyata buah kebaikan itu nikmat. lalu apalah jadinya orang yang tak pernah berbuah kebakan ? tentu penyesalan dan kerugian yang berlipat ganda yang akan ia rasakan "

kira-kira itulah sepenggal kalimat yang teringat dalam memori, sebenarnya kalimat aslinya bukan seperti itu, tapi tak modif sedikit tanpa mengurangi makna nasihat.

teman, diantara kita seringkali berbicara mengenai penyesalan yang tiada berguna , misalnya "seandainya dulu ketika sekolah aku begini dan begitu, mungkin sekarang aku akan dapat melakukan ini dan itu", kita seringkali menyesali waktu yang telah berlalu, waktu yan telah memberikan kita kesempatan untuk berbuat banyak kebaikan dan kebermanfaatan untuk diri kita, namun telah kita sia-siakan sehingga membuatnya berlalu tanpa manfaat...

Allaah Ta'ala telah mengingatkan hamba-Nya mengenai masalah pentingnya menjaga waktu dalam salah satu Firman-Nya yang mulia :

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran” (QS. Al ‘Ashr).

Mengenai surat ini, sampai-sampai Imam Sya’fii-Rahimahullaahu- berkata :

لَوْ تَدَبَّرَ النَّاسُ هَذِهِ السُّوْرَةَ لَوَسَعَتْهُمْ

”Seandainya setiap manusia merenungkan surat ini, niscaya hal itu akan mencukupi untuk mereka.” [Tafsir Ibnu Katsir 8/499].

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, ”Maksud perkataan Imam Syafi’i adalah surat ini telah cukup bagi manusia untuk mendorong mereka agar memegang teguh agama Allah dengan beriman, beramal sholih, berdakwah kepada Allah, dan bersabar atas semua itu. Beliau tidak bermaksud bahwa manusia cukup merenungkan surat ini tanpa mengamalkan seluruh syari’at. Karena seorang yang berakal apabila mendengar atau membaca surat ini, maka ia pasti akan berusaha untuk membebaskan dirinya dari kerugian dengan cara menghiasi diri dengan empat kriteria yang tersebut dalam surat ini, yaitu beriman, beramal shalih, saling menasehati agar menegakkan kebenaran (berdakwah) dan saling menasehati agar bersabar” [Syarh Tsalatsatul Ushul]

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menjelaskan dalam tafsirnya : “Allaah bersumpah dengan masa, yaitu siang dan malam sebagai tempat terjadinya perbuatan manusia, bahwa manusia itu rugi. Orang yang rugi adalah kebalikan dari orang yang beruntung. Tingkatan orang yang rugi bermacam-macam ; ada orang yang rugi secara mutlak yaitu orang yang rugi didunia dan akhirat. Ia tidak mendapatkan kenikmatan didunia dan berhak mendapatkan neraka jahim diakhirat. Ada yang rugi disebagian sisi saja. Karena itu Allaah menyebutkan kerugian manusia secara umum, kecuali untuk :

[1] Iman terhadap apa yang diperintahkan Allaah Ta’ala dengan beriman kepada-Nya. Dan iman tidak ada tanpa adanya ilmu. Ilmu adalah bagian dari iman yang tanpanya keimanan menjadi tidak sempurna.

[2] Amal shalih. Dan ini mencakup seluruh perbuatan baik, zahir maupun batin, yang berkaitan dengan hak-hak Allaah Ta’ala dan hak-hak hamba-Nya , yang wajib maupun yang dianjurkan

[3] Saling menasihati dengan kebenaran yang merupakan iman dan amal shalih, yakni sebagian orang menasihati sebagian yang lain dengan kebenaran, mendorong, dan menganjurkannya.

[4] Saling menasihati dalam kesabaran adalah dalam ketaatan terhadap Allaah Ta’ala, bersabar menjauhi maksiat, dan bersabar atas ketentuan-ketentuan Allaah yang menyakitkan.

Dengan dua hal pertama seseorang telah menyempurnakan dirinya sendiri, dan dengan hal kedua, seseorang telah menyempurnakan orang lain, dan dengan melengkapi ke-empat hal tersebut, seseorang terhindar dari kerugian dan mendapatkan keuntungan yang besar. ( Tafsir As-Sa’di vol 7 hal 632-633)

Kawan, telah cukuplah dalil diatas menjelaskan tentang betapa berharganya waktu. Dan betapa sangat terkaitnya antara kerugian dan melalaikan waktu. Karena waktu dapat diibaratkan sebagai uang. Seperti ketika kita dibekali uang banyak untuk membeli keperluan, namun uang tersebut malah kita pergunakan untuk membeli hal yang tidak berguna , maka keperluan kita akan terbengkalai sementara uang kita sudah habis , akhirnya kitapun merugi dan menyesal.

Catatan sejarah telah menceritrakan kepada kita , tentang manusia-manusia yang mengukir tinta emas dalah hidupnya. Tak akan pernah kita dapati seorangpun manusia yang sukses atau berutung dalam kehidupannya melainkan mereka adalah manusia yang pantang menyerah dan selalu memanfaatkan waktu.

Ah, kita masih punya harapan teman, selama hayat masih dikandung badan maka kesempatan itu akan selalu ada.

Jangan sampai esok, ketika kita melihat manusia-manusia sudah menjadi, kita akan berucap “ duhai sekiranya dulu aku begini dan begitu”
Ingatlah kawan, seorang tua yang mengalami penderitaan hidup dimasa tuanya, pasti dia melalaikan masa mudanya…

Terakhir ingin kukutip hadist ini :
Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara :
[1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
[2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
[3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
[4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
[5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.”
(HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shogir)

Disaat jiwa sedang dilanda kemalasan.

~Pagi yang cerah dibawah bukit Sunda ~

KELEMBUTAN, ITULAH YANG DIDAMBA


Kelembutan, itulah yang didamba..

Kalau kita membaca sejarah Rasulullaah -shallallaahu 'alaihi wasallam- sungguh keindahan dan kesejukan yang akan kita dapatkan.
kiranya diantara kita yang sedang berusaha meretas jalan sunnah untuk merenungkan setiap butiran hikmah dari jejak-jejak manusia mulia yang terjaga dan teladan sampai akhir zaman..

teman, sungguh indah ajaran Nabi , tak hanya dari deretan fiqh dan 'amal keseharian, namun yang terlebih dari untaian akhaq dan bagaimana cara beliau memberikan Tarbiyah terhadap manusia .

ingatlah kita, tatkala ada seorang Pemuda yang mendatangi Nabi-shallallaahu 'alaihi wasallam-, hendak meminta ijin untuk berzina. duhai kawan , bagaimana kiranya ketika ada seorang pemuda yang datang pada kita dan meminta ijin untuk berzina? melakukan perbuatan yang nista? pastilah kan marah diri kita dan mencela sang pemuda. Namun, Rasulullaah yang sangat memahami sang pemuda, beliau memahami bagaimana perasaan sang pemuda yang harus menahan gejolak syahwat.
dengan kebijaksanaannya , beliau memberikan Tarbiyah yang indah pada sang pemuda. beliau meminta sang pemuda mendekat , dan bertanya : " apakah engkau suka bila zina itu terjadi pada ibumu, saudara perempuanmu, anak perempuanmu....? pemuda tersebut menjawab tidak. lalu Nabi mendoakan kebaikan untuknya, dan sejak saat itu zina adalah hal yang paling dibenci sang pemuda.

duhai indahnya akhlaq yang diajarkan Nabi kawan. bahkan beliau tetap bersikap lemah lembut pada orang yang meminta ijin untuk bermaksiat? lalu saudaar-saudara kita yang sama-sama seorang muslim lebih pantas lagi harus kita lemah lembuti dan kita sayangi selama mereka inginkan kebaikan meskipun mereka tergelincir dalam kesalahan, bukan menjauhi, mencela bahkan malah meng-hajr tanpa terlebih dahulu mengingatkan dengan hikmah

kita ingat pula saat ada seoarng Arab Badui yang kencing di masjid, para sahabat yang merlihat hendak marah. Namun nabi menahan dan membiarkan orang badui tersebut menyelesaikan kencinynya, dan dibalik kebijaksanaannabi tersebut lahir hukum-hukum seputar thaharah. Dan kawan, bagaimana sekiranya ketika arab badui itu kencing lalu dia dimarahi? Tentu dia akan kaget sehingga air kencingnya akan tercecer kemana-mana. Namun, Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam – dengan kebijaksanaannya membiarkan arab badui menyelesaikan hajatnya, kemudian memerintahkan sahabat untuk membersihkan bekas kencing orang itu.

Teman, diantara kita kadang menyelesaikan masalah dengan ketergesa-gesaan dan kemarahan, padahal ketergesaan itu dari syaitan. Sehingga yang didapat malah kekacauan dan keretakan hubungan.

Atau, kita ingat pula tentang kisah seorang nenek yahudi buta yang setiap hari mencaci maki nabi. Nenek tersebut tak tahu bahwa orang yang tiap hari menyuapinya adalah orang yang dia caci. Sampai tatkala Nabi wafat, abu bakar-lah yang menggantikan kebiasaan menyuapi tersebut. Ketika Abu bakr menyuapi, sang nenek marah karena biasanya orang yang menyuapinya akan melumatkan dulu makanan sebelum diberikan pada si nenek karena dia sudah tidak bisa mengunyah dengan baik, Abu Bakr pun menangis mendengar ini, dan dia beritahukan pada nenek tersebut bahwa orang yang selama ini menyuapinya adalah orang yang selalu dia caci maki, sang nenek terkejut dan akhirnya diapun masuk Islam tersebab kemuliaan akhlaq Nabi tersebut.

Lihat kawan, Nabi kita mengajarkan agar kita tetap berbuat baik, meskipun terhadap orang yang mencaci maki kita, bahkan ketika dicaci maki di depan muka sekalipun!!! Duhai indahnya kelembutan islam , maka pantaslah kala itu akhlaq menjadi hal yang sangat luhur, karena Akhlaq sanga teladan manusia benar-benar diperhatikan.

Lalu kita ingatlah pula kisah Nabi kita yang mulia, saat beliau hendak berdakwah ke Tha’if dan sangat berharap pada mereka agar mau menyambut Islam dengan baik, namun apakah yang beliau dapatkan ? beliau ditolak, bahkan beliau dilempari dengan batu sampai berdarah-darah, Zaid bin Haritsah yang kala itu menemani nabi menjadikan dirinya perisai untuk melindungi beliau, tindaka ini menyebbakan dirinya penuh luka, sementara orang-orang terus melempari mereka.

Akhirnya Nabi dan Zaid berlindung disebuah kebin anggur, dengan kegetiran yang sangat disana beliau menenangkan diri, lalu menengadahkan tangan untuk berdo’a. apakah beliau hendak mendoakan keburukan untuk masyarakat? Apakah beliau hendak meminta Allaah Ta’ala agar menurunkan Azab-Nya? Padahal sekiranya beliu meminta , tentu hal itu pasti terjadi. Namun dengan kebijaksanaan dan kasih sayangnya inilah doa masyhur yang diucapkan oleh beliau :

“ Ya Allaah !! sesungguhnya kepada-Mu lah aku mengadukan kelemahan diriku, sedikitnya upayaku serta hina dinanya diriku dihadapan manusia, wahai Yang Maha Pengasih diantara para pengasih! Engkau adalah Rabb orang-orang yang tertindas, Engkaulah Rabb-ku, kepada siapa Engkau menyerahkan diriku? (apakah) kepada orang lain yang selalu bermuka masam terhadapku? Atau kepada musuh yang telah menguasai urusanku ? jika Engkau tidak murka kepadaku, maka aku tidak peduli, akan tetapi ampunan yang Engkau anugrahkan adalah lebih luas bagiku, aku berlindung dengan perantaraan Nur Wajah-Mu yang menyinari setiap kegelapan dan yang karenanya urusan dunia dan akhirat menjadi baik agar Engkau tidak turunkan murka-Mu kepadaku atau kebencian-Mu melanda diriku. Engkaulah yang berhak menegurku hingga Engkau menjadi Ridha. Tiada daya dan Upaya melainkan karenaMu”

Duhai indahnya do’a yang dipanjatkan oleh Nabi, seorang manusia mulia yang menjadi teladan manusia sepanjang zaman..
Ah dimanakah letak kecintaan kita apabila akhlaq kita sungguh jauh dari yang terconthkan ?
Dan kelembutan, itulah yang didamba…
~saat jiwa dirundung kemalasan~

Referensi : Sirah Nabawiyyah Syaikh Shafiyurrahman Almubarakfury

LEBIH DEKAT DENGAN AL-QUR'AN



Sebentar lagi bulan yang mulia akan segera datang, bulan yang merupakan masa training untuk memupuk dan meningkatkan ketaqwaan seorang hamba. Salah satu hal yang paling penting dalam mengisi hari-hari di bulan suci ini adalah mempelajari Al-Qur’an , membacanya, mentadaburinya untuk mengambil fa’idah dan manfaat dari kandungannya yang mulia.

Namun, terlebih dahulu kita harus memahami bagaimana cara agar kita bisa mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari Al-Qur’an, jangan sampai kita hanya rajin membacanya , namun bacaan tersebut tak membekas sedikitpun dalam jiwa dan keseharian kita.

Ibnul Qayyim dalam kitabnya alfawa’id memberikan penjelasan tentang hal ini, beliau mengatakan “jika kamu ingin mengambil manfaat yang banyak dari Al-Qur’an maka hayatilah dengan hati ketika kamu membaca dan mendengarnya, pasang telinga dan jadilah kamu seakan hadir dihadapan orang yang sedang diajak bicara oleh Allaah Ta’ala, karena sesungguhnya ayat Al-Qur’an itu ditujukan kepada kamu melalui lIsan Rasul-Nya”.

Allaah Ta’ala Berfirman :

إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌأَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ

“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya” (Qaaf : 37)

Mengenai ayat diatas Ibnu Quthaibah mengatakan : “ yang dimaksudkan dengan mendengarkan kitab Allaah adalah hatinya hadir dan memahaminya, bukan lupa dan terlena karena diantara faktor yang menghalangi munculnya pengaruh itu adalah kelupaan dan keterlenaan hati memikirkan apa yang dikatakan kepadanya serta tidak memikirkan dan merenungkannya”.

Dalam ayat lain Allaah mengabarkan perihal Al-Quran :

وَإِنَّهُ لَتَذْكِرَةٌ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-Haqqah : 48)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menjelaskan tentang kandungan ayat diatas :

“ mereka mengambil pelajaran dari Al-Qur’an tentang kemaslahatan agama dan dunia mereka, sehingga mereka mengetahui dan mengamalkannya. Al-Qur’an mengingatkan mereka berkaitan dengan akidah-akidah agama, dan akhlaq-akhlaq yang diridhai, serta hukum-hukum syar’I, sehingga mereka menjadi ulama Rabbani, hamba yang arif, dan imam yang mendapat petunjuk. “

Hanya orang-orang yang hatinya hidup yang dapat mengambil manfaat dari Al-Qur’an, karena Al-Qur’an merupakan puncak ilmu ,sementara ilmu adalah cahaya dan cahaya Allaah tidak akan diberikan kepada orang yang lalai dan selalu bermaksiat . 


Ibnul Qayyim seorang pakar kejiwaan islam mengatakan , “ diantara manusia ada yang tidak memiliki kesiapan penuh, hatinya mati dan hidupnya morat-marit, sehingga membutuhkan bantuan orang lain untuk membedakan antara yang haq dan batil. Orang tersebut kehidupan dan cahaya hatinya tidak dapat disamakan dengan orang yang hatinya hidup dan terjaga. Maka cara untuk mendapatkan hidayah adalah bahwa dia harus memasang pendengarannya lebar-lebar terhadap kalam Allaah (Al-Qur’an), sedangkan hatinya bertadabbur dan fikirannya bertafakkur tentang makna dan isi kandungannya, sehingga ia tahu bahwa Al-Qur’’an benar-benar Haq “.

Allaah Ta’ala berfirman tenatng kebenaran Al-Qur’an ini :

وَإِنَّهُ لَحَقُّ الْيَقِينِ

“ dan sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar kebenaran yang diyakini.” (Al-Haqqah : 51)

Syaikh As-sa’di menjelaskan : “ maksudnya , Al-Qur’an itu merupakan urutan ilmu yang paling tinggi , karena urutan ilmu yang paling tinggi adalah Al-yaqin, yaitu ilmu yang tetap yang tidak goyah dan tidak sirna. Al-Yaqin itu memiliki tiga derajat. Masing-masing lebih tinggi daripada yang sebelumnya : yang pertama ilmu Yaqin, yaitu ilmu yang diambil dari kabar. Kemudian yang kedua yaitu ainul Yaqin, yaitu ilmu yang dijangkau dari pengindraan mata, kemudian yang ketiga haqqul yakin, yaitu ilmu yang didapatkan dari rasa dan interaksi langsung. Al-Qur’an termasuk dari criteria yang ketiga ini. Sesungguhnya segala sesuatu yang didalamnya termasuk ilmu-ilmu yang dikuatkan dengan bukti yang pasti (Qath’i) dan segala fakta didalamnya serta pengetahuan yang bersifat imaniyah bisa didapatkan oleh orang yang telah meraih haqqul yakin. “

Ibnul Qayyim memberikan penjelasan tambahan berkaitan dengan hal diatas yaitu :

“Pertama , adalah orang yang mengetahui dengan pasti terhadap apa yang diserukan dan diberitakan kepadanya, maka orang ini berada dalam maqam ihsan.

Kedua, adalah orang yang mengetahui kebenaran

apa yang dikabarkan kepadanya dan meyakininya, lalu berkata, cukup bagi saya mendengar berita ini. Maka orang ini berada pada maqam iman. Kedua peringkat ini bisa dikatakan sampai kepada Ilmu Al-Yaqin

Dari tingkat ilmu Al-Yaqin kemudian hatinya akan bergerak kepada Ain Al-Yaqin. Yaitu orang-orang yang percaya dengan sepenuh hati pada Al-Qur’an , lalu keluar dari kekufuran dan masuk sepenuhnya kedalam ajaran Islam”

Jadi Sobat , bagaimana agar kita bisa mengambil Manfaat yang sebesar-besarnya dari Al-Qur’an ? yaitu kita harus menjauhi maksiat dan kelalaian lalu kita mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Al-Qur’an, membaca AL-Qur’an dengan penghayatan dan kehadiran hati, serta mendengarkannya dengan baik, mentadabburi dengah hati dan memikirkannya dengan melihat bukti-bukti nyata yang telah dikabarkan dalam Qur’an. Bahkan apabila kita melihat diri kita, cukuplah itu sebagai bukti kebenarannya.
Semoga kita menjadi Hamba Allaah yang dekat dengan Al-Qur’an dan menjadikannya timbangan hidup untuk kemaslahatan dunia dan akhirat.

Referensi :
Tafsir As-Sa'di jilid 7, Penerbit Darul Haq
Al-Fawa''id , Penerbit Pustaka Al-Kautsar.

~disaat kemalasan melanda ~
Sukabumi, 27 Sha’ban 1434 H.