Minggu, 03 Maret 2013

Mengenal Ummahatul Mukminin KHADIJAH BINTI KHUWAILID – Radliallaahu ‘anha-



“Khadijah adalah orang pertama yang mengimani kenabian Muhammad dan membenarkannya sebelum ada seorangpun yang percaya kepada beliau. Dia sangat gigih dalam membela rasulullaah. 

Khadijah adalah wanita yang teguh pendirian, kuat. Lagi mulia. Selain itu, Allaah Subhanahu Wa Ta’ala menginginkan kebaikan baginya. Ia seorang wanita Quraisy yang bernasab paling mulia, berkedudukan paling agung dan paling kaya.”

[1] Nama dan Nasab

Beliau adalah Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin ‘Abul ‘Uzza bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinananh. Adapun Ibu beliau bernama Fathimah binti Zaidah al-‘Amiriyah.

[2] Pernikahan sebelum Menikah dengan Rasulullaah

Khadijah pernah menikah dua kali sebelum menikah dengan Nabi. Suami pertamanya adalah Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi dan yang kedua adalah ‘Atiq bin ‘Abid bin ‘Abdullaah. Kemudian barulah menikah dengan Rasulullaah ketika beliau berumur 40 tahun dan usia Nabi ketika itu 25 tahun.

[3] Masuk Islamnya Khadijah

Khadijah adalah orang pertama yang mengimani kenabian Muhammad dan membenarkannya sebelum ada seorangpun yang percaya kepada beliau. Dia sangat gigih dalam membela Rasulullaah. Ibnu ‘Abdil Bar berkata : “ Para Ulama sepakat bahwasanya Khadijah adalah orang pertama yang masuk Islam.”

Dalam kitab as-Siirah karya Ibnu Hisyam disebutkan : “ Melalui pernikahan dengan Khadijah, Allaah meringankan beban yang diemban Rasulullaah. Setiap kali mendengar penolakan orang lain terhadap dakwahnya, beliau selalu masuk menemui khadijah. Istrinya itu pun pasti bisa meneguhkan hati beliau kembali dan meringankan beban akibat penolakan orang lain atas dakwahnya. “

[4] Khadijah merupakan Ibu dari Semua Putra-Putri Rasulullaah.

Para ahli sejarah menyebutkan bahwa Khadijah adalah Ibu dari seluruh anak Nabi –Shallallaahu ‘alaihi wasallam-, kecuali Ibrahim. Ibu Ibrahim adalah Mariyah Al-Qibtiyah.
Dari Khadijah lahir putra beliau yaitu : al-Qasim yang menjadi kun-yah beliau, lalu ‘Abdullaah yang dinamakan dengan Thahir bin Thayyib. ‘Abdullah dinamakan demikian karena lahir ketika Islam sudah datang.
Adapun putrid-putri beliau adalah : Zainab, Ruqayyaah, Ummu Kultsum dan Fathimah.

[5] Keutamaan Khadijah

Banyak hadist dan atsar yang menyebutkan tentang keutamaan Khadijah. Namun cukuplah untuk mewakili semua kebesaran, kemuliaan dan keagungannya bahwa fakta ialah orang yang pertama masuk islam serta menanggung beban derita dalam menyebarkan agama ini.Ummul Mukminin telah menyerahkan semua yang dimilikinya, baik berharga maupun tidak untuk tujuan yang mulia tersebut.

Imam Al-Bukhari dalam kitab Shahih-nya menulis satu bab khusus tentang hal ini: “ Bab ‘Tazwiijun Nabiy –Shallallaahu ‘alaihi wasallam- Khadijah wa Fadhluhaa’ ( Pernikahan Rasulullaah dengan Khadijah dan Keutamaannya).” Beberapa hadist berikut :

Dari ‘Ali bin Abu Thalib, dari Rasulullaah, beliau bersabda :
“ Sebaik-baik wanita dibumi (pada jamannya) adalah  Maryam dan sebaik-baik wanita dibumi pada jamannya adalah Khadijah.” ( HR Bukhari No 3810)

Dari ‘Aisyah, dia berkata :
“ Aku tidak pernah cemburu kepada seorang istri Nabi pun melebihi kecemburuanku pada Khadijah, padahal dia sudah meninggal dunia sebelum Rasulullaah menikah denganku. Semua itu disebabkan seringnya aku mendengar Rasulullaah menyebutnya. Allaah juga memerintahkan beliau untuk memberi kabar gembira bahwa Khadijah akan mempunyai rumah yang terbuat dari mutiara di surga. Setiap kali menyembelih kambing, Rasulullaah pasti menghadiahkan sebagian dagingnya kepada teman-teman Khadijah yang dapat mencukupi mereka” ( HR Bukhari No. 3816)

Dari Yahya bin Isma’il, dia berkata :
“ Aku pernah bertanya kepada ‘Abdullaah bin Abi ‘Aufa : “ Apakah Rasulullaah memerikan sebuah kabar gembira kepada Khadijah? Ia menjawab: “ Ya, sebuah rumah daru mutiara, yang tidak ada suara gaduh disitu dan tidak ada pula rasa letih” ( HR Bukhari No.3811)

[6] Wafatnya Khadijah

Pada waktu meninggal dunia, Khadijah berumur 65 tahun. Rasulullaah sendiri yang turun ke liang kuburnya, sedangkan pada saat itu belum di syari’atkan shalat jenazah.

Sumber : Fiqih Dakwah Ummahatul Mukminin oleh Dr. Khalid bin Muhammad, Penerbit Pustaka Imam Syafi’i
Diketik ulang dan diringkas oleh : Shanty Q

Tidak ada komentar:

Posting Komentar